Fenomena Keberadaan Geng Di Kalangan Mahasiswa
Menggangu atau Positif?
”Yang penting mahsiswa atau orang umum yang ikut dalam perkumpulan atau gang harus tahu apa yang mereka lakukan, tidak sekedar ikut-ikutan.”
Atik Catur Budiati
Dosen Pendidikan Sosiologi FKIP UNS
Apa yang ada dalam pikirkan saat mendengar kata ”geng”? Bisa jadi yang muncul adalah anggapan bahwa geng adalah kumpulan berandal yang suka berkelahi, merusak, serta berbagai hal negatif lainnya.
Jika dilahat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian geng adalah kelompok atau gerombolan remaja yang terkenal karena kesamaan latar belakang sosial, sekolah daerah dan sebagainya.
Geng yang kerjaannya otak atik motor, geng yng sukanya nongkrong, hingga geng yang penampilannya sama semua (punk) merupakan sedikit dari bagian dalam lingkungan masyaraakat, tak terkecual dalam lingkungan kampus. Sebenarnya, mengapa ada geng di kampus dan sebenarnya fungsi tersebut? Apakah membwa dampak positif atau lebih banyak negatifnya saat mahasiswa ikut geng?
”Ideologi yang sama dan memiliki sifat yang sama membuat seseorang itu membuat kelompok, karena mereka lebih mersa nyaman dengan teman yang memliki kriteria yang sama pula, nah tinggal tergantung apa kelompok itu negatif ataukah positif. Semua itu tergantung didirikan dari aal kelompok tersebut,” ungkap Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Fakultas Agama Islam (FAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Surakarta, Trioko Budi Anggoro.
Pengaruh Negatif
Trioko menambahkan, keberadaan geng tak selamanya negatif. Menurutnya, terkadang ada geng yang bisa membuat karya dan mampu memberikan manfaat untuk dirinya dan orang lain.”Jangan menganggap bahwa semua geng bahwa semua geng itu identik dengan kekerasan dan hanya melakukan hal yang sia-sia. Adanya geng juga bisa mempengaruhi lingkungan,” ujarnya seraya berkata bahwa jika geng tersebut memberi pengaruh negatif , maka mahsiswa harus menjauh.
Sementara itu mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Akademi Tekologi Warga Surakarta, Septian Dwi K mengungkapkan mahasiswa sekarang cenderung lebih sosial, dan tidak mau ketinggalan pergaulan sehingga ada sebagian membentuk geng agar terlihat eksis.
Sementara itu dosen Pendidikan Sosiologi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), Atik Catur Budiati mengugkapkan jika keberadaan geng tidak hanya dikalangan remaja tetapi semua umur pasti ada, yang secara sosiologis geng itu kesamaan budaya, visi dan pandangan yang sejalan. Sehingga kebersamaan di dalam kelompoknya merasa nyaman.
”Geng itu sah-sah saja, tidak hanya mahsiswa dan remaja atau mahasiwa semua umur ada. Yang pasti geng itu tak selamnya bercitra negatif. Banyak yang melakukan hal-hal positif. Yang penting mahsiswa atau orang umum yang ikut dalam perkumpulan atau gang harus tahu apa yang mereka lakukan, tidak sekedar ikut-ikutan,” paparnya.
Lebih lanjut Atik mengatakan, dikalangan mahasiswa. Untuk mengantisipasi hal-hal negatif stakeholder (pemegang kebijakan-red) juga harus mengambil peranan strategis dalam hal pengawasan.
”Orang tua juga harus aktif berperan memberikan perhatian dan arahan pada anak saat dirumah. Selain itu dosen, di dalam perkulihan juga harus memberikan pendidikan kritis, agar mahasiswa tetap melakukan perbuatan positif, meskipun ikut dalam sebuah geng,” pungkasnya. (asep/nia)
Sumber : JogloSemar edisi Kamis, 11 Maret 2010 hal 15
Fenomena Geng dan Hubungannya disintegrasi sosial
Geng merupakan salah satu penyebab diintegrasi sosial. Hal ini di kerenakan Geng itu menimbulkan suatu deferensiasi sosial yang tentunya dapat menimbulkan konflik. Konflik antar geng itu sering terjadi, disebabkan antar Geng ini ingin bersaing dan ingin tampil eksis. Perselisihan antar geng ini kadang dipicu oleh masalah sepele, seperti perbedan pendapat. Lebih ironis lagi bila seorang mahasiswa tersebut tidank mau gabung maka mereka dikucilkan. Integrasi Nasional bermula dari Integrasi SosIal, nah dari mulai lingkungan terkecilah integrasi ini. Dalam lingkungan kampus saja sudah terjadi disintegrasi apalagi lingkungan Nasional, ini pendapat-pendapat kelompok kami yang telah dihimpun berdasarkan pengalaman dan fakta yang kami alami :
• Menumbuhkan rasa saling menghormati terhadap semua orang dan menghargai satu sama lain sehingga seseorang tak membuat geng yang negatif, yang dapat menimbulkan perpecahan satu sama lain.
• Sebaiknya lebih baik mengikuti organisasi dari pada membuat geng.
• Membangun kesadaran terhadap semua orang untuk bersatu.
• Tidak membeda-bedakan pertemanan dari sudut sosial.
• Perbedaan dikalangan mahasiswa., jadikanlah perbedaan untuk saling melengkapi.
Hal-hal yang kongkrit untuk mengatasi sebuah perbedan:
• Misalnya saja kita harus menjalin komuikasi antar teman, dengan mengobrol hal-hal yang bersifat menjalinan pertemanan.
• Hilangkan sikap egoisme, atau merasa lebih dari orang lain.
• Mengadakan suatu acara yang positif agar hubungan pertemanan semakin erat
• Hialngkan rasa curiga antar kelompok, karena pada dasarnya seseorang itu cenderung ingin berkelompok.
• Antar mahasiswa lintas prodi atau fakultas jalinan silaturahmi bisa diupayakan dengan pertandingan olahraga dan sebaagianya.
Menggangu atau Positif?
”Yang penting mahsiswa atau orang umum yang ikut dalam perkumpulan atau gang harus tahu apa yang mereka lakukan, tidak sekedar ikut-ikutan.”
Atik Catur Budiati
Dosen Pendidikan Sosiologi FKIP UNS
Apa yang ada dalam pikirkan saat mendengar kata ”geng”? Bisa jadi yang muncul adalah anggapan bahwa geng adalah kumpulan berandal yang suka berkelahi, merusak, serta berbagai hal negatif lainnya.
Jika dilahat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian geng adalah kelompok atau gerombolan remaja yang terkenal karena kesamaan latar belakang sosial, sekolah daerah dan sebagainya.
Geng yang kerjaannya otak atik motor, geng yng sukanya nongkrong, hingga geng yang penampilannya sama semua (punk) merupakan sedikit dari bagian dalam lingkungan masyaraakat, tak terkecual dalam lingkungan kampus. Sebenarnya, mengapa ada geng di kampus dan sebenarnya fungsi tersebut? Apakah membwa dampak positif atau lebih banyak negatifnya saat mahasiswa ikut geng?
”Ideologi yang sama dan memiliki sifat yang sama membuat seseorang itu membuat kelompok, karena mereka lebih mersa nyaman dengan teman yang memliki kriteria yang sama pula, nah tinggal tergantung apa kelompok itu negatif ataukah positif. Semua itu tergantung didirikan dari aal kelompok tersebut,” ungkap Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Fakultas Agama Islam (FAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Surakarta, Trioko Budi Anggoro.
Pengaruh Negatif
Trioko menambahkan, keberadaan geng tak selamanya negatif. Menurutnya, terkadang ada geng yang bisa membuat karya dan mampu memberikan manfaat untuk dirinya dan orang lain.”Jangan menganggap bahwa semua geng bahwa semua geng itu identik dengan kekerasan dan hanya melakukan hal yang sia-sia. Adanya geng juga bisa mempengaruhi lingkungan,” ujarnya seraya berkata bahwa jika geng tersebut memberi pengaruh negatif , maka mahsiswa harus menjauh.
Sementara itu mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Akademi Tekologi Warga Surakarta, Septian Dwi K mengungkapkan mahasiswa sekarang cenderung lebih sosial, dan tidak mau ketinggalan pergaulan sehingga ada sebagian membentuk geng agar terlihat eksis.
Sementara itu dosen Pendidikan Sosiologi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), Atik Catur Budiati mengugkapkan jika keberadaan geng tidak hanya dikalangan remaja tetapi semua umur pasti ada, yang secara sosiologis geng itu kesamaan budaya, visi dan pandangan yang sejalan. Sehingga kebersamaan di dalam kelompoknya merasa nyaman.
”Geng itu sah-sah saja, tidak hanya mahsiswa dan remaja atau mahasiwa semua umur ada. Yang pasti geng itu tak selamnya bercitra negatif. Banyak yang melakukan hal-hal positif. Yang penting mahsiswa atau orang umum yang ikut dalam perkumpulan atau gang harus tahu apa yang mereka lakukan, tidak sekedar ikut-ikutan,” paparnya.
Lebih lanjut Atik mengatakan, dikalangan mahasiswa. Untuk mengantisipasi hal-hal negatif stakeholder (pemegang kebijakan-red) juga harus mengambil peranan strategis dalam hal pengawasan.
”Orang tua juga harus aktif berperan memberikan perhatian dan arahan pada anak saat dirumah. Selain itu dosen, di dalam perkulihan juga harus memberikan pendidikan kritis, agar mahasiswa tetap melakukan perbuatan positif, meskipun ikut dalam sebuah geng,” pungkasnya. (asep/nia)
Sumber : JogloSemar edisi Kamis, 11 Maret 2010 hal 15
Fenomena Geng dan Hubungannya disintegrasi sosial
Geng merupakan salah satu penyebab diintegrasi sosial. Hal ini di kerenakan Geng itu menimbulkan suatu deferensiasi sosial yang tentunya dapat menimbulkan konflik. Konflik antar geng itu sering terjadi, disebabkan antar Geng ini ingin bersaing dan ingin tampil eksis. Perselisihan antar geng ini kadang dipicu oleh masalah sepele, seperti perbedan pendapat. Lebih ironis lagi bila seorang mahasiswa tersebut tidank mau gabung maka mereka dikucilkan. Integrasi Nasional bermula dari Integrasi SosIal, nah dari mulai lingkungan terkecilah integrasi ini. Dalam lingkungan kampus saja sudah terjadi disintegrasi apalagi lingkungan Nasional, ini pendapat-pendapat kelompok kami yang telah dihimpun berdasarkan pengalaman dan fakta yang kami alami :
• Menumbuhkan rasa saling menghormati terhadap semua orang dan menghargai satu sama lain sehingga seseorang tak membuat geng yang negatif, yang dapat menimbulkan perpecahan satu sama lain.
• Sebaiknya lebih baik mengikuti organisasi dari pada membuat geng.
• Membangun kesadaran terhadap semua orang untuk bersatu.
• Tidak membeda-bedakan pertemanan dari sudut sosial.
• Perbedaan dikalangan mahasiswa., jadikanlah perbedaan untuk saling melengkapi.
Hal-hal yang kongkrit untuk mengatasi sebuah perbedan:
• Misalnya saja kita harus menjalin komuikasi antar teman, dengan mengobrol hal-hal yang bersifat menjalinan pertemanan.
• Hilangkan sikap egoisme, atau merasa lebih dari orang lain.
• Mengadakan suatu acara yang positif agar hubungan pertemanan semakin erat
• Hialngkan rasa curiga antar kelompok, karena pada dasarnya seseorang itu cenderung ingin berkelompok.
• Antar mahasiswa lintas prodi atau fakultas jalinan silaturahmi bisa diupayakan dengan pertandingan olahraga dan sebaagianya.
0 Komentar untuk " "